headerphoto

Steve Jobs - tidak ada kesuksesan secara instan


Tahun 1976, bersama rekannya Steve Wozniak, Jobs yang baru berusia 21 tahun mulai mendirikan Apple Computer Co. di garasi milik keluarganya. Dengan susah payah mengumpulkan modal yang diperoleh dengan menjual barang-barang mereka yang paling berharga, usaha itu pun dimulai. Komputer pertama mereka, Apple 1 berhasil mereka jual sebanyak 50 unit kepada sebuah toko lokal.

Dalam beberapa tahun, usaha mereka cukup berkembang pesat sehingga tahun 1983, Jobs menggaet John Sculley dari Pepsi Cola untuk memimpin perusahaan itu. Sampai sejauh itu, Apple Computer menuai kesuksesan dan makin menancapkan pengaruhnya dalam industri komputer terlebih dengan diluncurkannya Macintosh. Namun, pada tahun 1985, setelah konflik dengan Sculley, perusahaan memutuskan memberhentikan pendiri mereka, yaitu Steve Jobs sendiri.

Setelah menjual sahamnya, Jobs yang mengalami kesedihan luar biasa banyak menghabiskan waktu dengan bersepeda dan berpergian ke Eropa. Namun, tak lama setelah itu, pemecatan tersebut rupanya justru membawa semangat baru bagi dirinya. Ia pun memulai usaha baru yaitu perusahaan komputer NeXT dan perusahaan animasi Pixar.

NeXT yang sebenarnya sangat maju dalam hal teknologi ternyata tidak membawa hasil yang baik secara komersil. Akan tetapi, Pixar adalah sebuah kisah sukses lain berkat tangan dinginnya. Melalui Pixar, Jobs membawa trend baru dalam dunia film animasi seiring dengan diluncurkannya film produksinya Toy Story dan selanjutnya Finding Nemo dan The Incredibles.

Sepeninggal Jobs dan semakin kuatnya dominasi IBM dan Microsoft membuat Apple kalah bersaing dan nyaris terpuruk. Maka, tahun 1997, Jobs dipanggil kembali untuk mengisi posisi pimpinan sementara. Dengan mengaplikasi teknoligi yang dirancang di NeXT, kali ini Apple kembali bangkit dengan berbagai produk berteknologi maju macam MacOS X, IMac dan salah satu yang fenomenal yaitu iPod.

Kisah sukses Steve Jobs mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada kesuksesan yang instan. penolakan dan kegagalan seringkali mewarnai perjalanan hidup kita, tapi jangan biarkan semua itu membuat kita berhenti.

JK Rowling - Penulis yang tidak mau menyerah dalam kondisi apapun


Sejak kecil, Rowling memang sudah memiliki kegemaran menulis. bahkan di usia 6 tahun, ia sudah mengarang sebuah cerita berjudul Rabbit. ia juga memiliki kegemaran tanpa malu" menunjukan karyanya kepada teman" dan orangtuanya. kebiasaan ini terus dipelihara hingga ia dewasa. daya imajinasi yang tinggi itu pula yang kemudian melambungkan namanya di dunia.

Akan tetapi, dalam kehidupan nyata, Rowling seperti tak henti didera masalah. Keadaan yang miskin, yang bahkan membuat ia masuk dalam kategori pihak yang berhak memperoleh santunan orang miskin dari pemerintah Inggris, itu masih ia alami ketika Rowling menulis seri Harry Potter yang pertama. Ditambah dengan perceraian yang ia alami, kondisi yang serba sulit itu justru semakin memacu dirinya untuk segera menulis dan menuntaskan kisah penyihir cilik bernama Harry Potter yang idenya ia dapat saat sedang berada dalam sebuah kereta api.

Tahun 1995, dengan susah payah, karena tak memiliki uang untuk memfotocopy naskahnya, Rowling terpaksa menyalin naskahnya itu dengan mengetik ulang menggunakan sebuah mesin ketik manual.

Naskah yang akhirnya selesai dengan perjuangan susah payah itu tidak lantas langsung diterima dan meledak di pasaran. Berbagai penolakan dari pihak penerbit harus ia alami terlebih dahulu. Diantaranya, adalah karena semula ia mengirim naskah dengan memakai nama aslinya, Joanne Rowling.

Pandangan meremehkan penulis wanita yang masih kuat membelenggu para penerbit dan kalangan perbukuan menyebabkan ia menyiasati dengan menyamarkan namanya menjadi JK Rowling. Memakai dua huruf konsonan dengan harapan ia akan sama sukses dengan penulis cerita anak favoritnya CS Lewis.

Akhirnya keberhasilan pun tiba. Harry Potter luar biasa meledak dipasaran. Semua itu tentu saja adalah hasil dari sikap pantang menyerah dan kerja keras yang luar biasa. tak ada kesuksesan yang dibayar dengan harga murah.

<< Kembali

Mimpi Sang Raja - Pentingnya Cara Berkomunikasi

Oleh : Prasetyo W.Wijaya

Alkisah, di suatu malam seorang raja terbangun dari tidurnya. Rupanya, sang raja baru saja mendapat mimpi buruk yang penuh teka-teki. Dengan napas masih terengah-engah, sang raja berteriak memanggil hulubalang kerajaan. “Hulubalang … panggil peramal istana sekarang juga. Cepaaat …!” Hulubalang tergopoh-gopoh pergi menuaikan perintah raja tanpa berani bertanya siapa peramal yang dikehendaki raja.

Tak lama, seorang peramal kerajaan menghadap. Raja langsung membeberkan mimpinya dan meminta si peramal mengartikannya. “Aku bermimpi aneh sekali. dalam mimpi itu, gigiku tanggal semua. Hah … pertanda apa ini? Tanya sang raja.

Setelah mengadakan perhitungan penanggalan secara cermat dan teliti, dengan sedih si peramal berkata, “Mohon ampun, Baginda … dari penerawangan hamba, mimpi itu membawa pesan, bahwa kesialan akan menimpa Baginda. Karena, setiap gigi yang tanggal itu berarti seorang anggota keluarga kerajaan akan meninggal dunia. Jika semua gigi tanggal, berarti kesialan besar, semua anggota keluarga kerajaan akan meninggal dunia.”

Bagai disambar geledek, raja langsung merah padam mukanya. Perlambang buruk yang disampaikan si peramal itu membuatnya marah besar. Raja langsung memerintahkan supaya peramal itu dihukum cambuk badan 20 kali.

Hukuman pun segera dilaksanakan. Walau begitu, kegundahan hati sang raja tidak juga mereda. Raja masih gelisah dan merasa tidak puas. Lalu sang raja memerintahkan hulubalang untuk memanggil peramal yang lain. Segeralah seorang peramal baru datang menghadap sang raja.

Kali ini, setelah mendengar penuturan mimpi sang raja, peramal itu tersenyum. “Baginda Raja … dari penerawangan hamba, mimpi itu membawa pesan bahwa Baginda adalah orang paling beruntung di dunia. Paduka berumur panjang dan akan hidup lebih lama dari semua sanak keluarga Baginda,” kata peramal.

Setelah mendengar perkataan peramal tersebut, mendadak secercah senyum mengembang di muka sang raja. Tampaknya, sang raja sangat senang dengan perkiraan peramal tadi. “Kamu memang peramal yang pandai dan hebat. Dan sebagai hadiah atas kehebatanmu itu, aku hadiahkan 5 keping emas untukmu, terimalah …”

Setelah peramal kedua itu pergi, sang raja bertanya kepada penasehat istana tentang kualitas dan keakuratan kedua peramal tadi. Penasihat istana yang telah menyaksikan peristiwa tersebut dengan berani dan bijaksana berkata, “Baginda … menurut hamba, peramal pertama mengartikan tanggalnya gigi Baginda sama artinya dengan meninggalnya kerabat Baginda. Sementara peramal kedua mengartikan Baginda berumur lebih panjang dibandingkan kerabat Baginda,” kata si penasihat istana. Raja mendengarkan dengan seksama. “Sesungguhnya, kedua peramal itu menyatakan hal yang sama. Yaitu, semua kerabat Baginda akan meninggal lebih dulu, dan Baginda seoranglah yang hidup lebih lama,” penasihat melanjutkan.

Kemudian, penasihat istana menyimpulkan, “Jadi sebenarnya, kedua peramal tadi mempunyai kualitas yang setara. Yang membedakan hanyalah cara penyampaian mereka. Peramal pertama berbicara apa adanya tanpa memikirkan dampak negatifnya. Sementara peramal kedua menjawab dengan cerdik dan bijaksana sehingga Baginda merasa senang dan memberinya hadiah.”

Cerita raja di atas, juga berlaku saat kita mempelajari statistika. Mungkin kita sangat canggih membuat analisa dengan sangat akurat, tetapi hasilnya tidak akan banyak bermanfaat jika kita tidak bisa mengkomunikasikannya dengan baik.

Jadi, selain kita mempelajari bagaimana menganalisa yang akurat, kita juga harus mempelajari ketrampilan untuk mengkomunikasikan hasil analisa dengan bahasa positif seperti yang telah dilakukan oleh peramal kedua.

--------------------------
Cerita raja diambil dari bukunya Andrie Wongso yang berjudul “12 Succes Wisdom”

<< Kembali

Kandungan Gizi Data

Oleh : Prasetyo W.Wijaya

Untuk memulai suatu pagi yang penuh dengan energi dan pikiran yang plong, kita sangat dianjurkan oleh para dokter untuk sarapan pagi dengan makan makanan yang bergizi. Makanan bergizi yang sesuai dengan 4 sehat lima sempurna.

Kandungan gizi makanan yang kita makan sangat penting bagi tubuh kita. Dengan gizi yang seimbang dan tercukupi, metabolisme tubuh kita akan berjalan dengan maksimal. Dan hasilnya, tubuh kita selalu segar dan siap untuk melakukan segala macam aktivitas.

Untuk mendapatkan gizi yang cukup dari makanan yang kita makan, kita perlu mengetahui gizi yang terkandung dalam setiap makanan yang kita makan. Jangan sampai kita makan makanan yang tidak bergizi atau malah beracun.

Masih ingat, kasus susu bermelamin yang menghebohkan beberapa negara termasuk Indonesia pada bulan September 2008. Di China, negeri asal susu beracun tersebut, hampir 10.700 anak-anak masih dirawat di rumah sakit setelah meminum susu dan susu formula beracun. Seperti yang dilansir Reuters, Kamis (9/10/2008) dari Kementerian Kesehatan.

Efek Toksisitas melamin pada mamalia relatif rendah, beberapa penelitian pada binatang menunjukkan konsumsi melamin dapat menyebabkan batu ginjal, kanker dan gangguan reproduksi. Akan tetapi konsumsi melamin dalam jumlah yang banyak dan kontinyu dapat mengakibatkan kematian.

Penelitian pada binatang (2004 dan 2007), yaitu pada anjing dan kucing yang mendapat makanan hewan yang terkontaminasi melamin kemudian menderita gagal ginjal akut dan akhirnya mati.

Kasus tentang melamin di atas, bisa kita jadikan renungan untuk lebih selektif lagi dalam memilih makanan.

Sama halnya dengan statistik, saat kita hendak melakukan analisa data, kita harus memperhatikan kandungan gizi data yang akan kita olah. Apakah data yang kita olah itu bergizi atau tidak?. Tanda-tanda data itu bergizi adalah jika data itu valid dan reliabel.

Jangan sampai kita menganalisa data yang kandungan gizinya buruk. Sama seperti halnya makanan, mengkonsumsi data yang tidak bergizi akan membuat hasil analisa kita tidak sehat dan bisa menyebabkan sakit.

Apa jadinya jika kita mengambil kebijakan atau keputusan dari hasil analisa yang tidak sehat?

Dalam kalangan statistikawan, hal semacam ini akrab dengan istilah garbage in garbage out.

<< Kembali

Selayang Pandang Statistika

Hukum Pygmalion - Hukum Berpikir Positif

Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus.Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan disenangi teman dan tetangganya.

Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik.

* Apabila lapangan di tengah kotabecek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, "Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini."

* Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, "Kikir betul orang itu."

* Tetapi Pygmalion berkata, "Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu".

* Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, "Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya."

Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.

Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik.

Kawan-kawan Pygmalion berkata, "Ah,sebagus- bagusnya patung, itu Cuma patung, bukan isterimu."

Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya.

Paradewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion, yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.

Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif.

Misalnya,

* Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.

* Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas.

* Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.

Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion.

Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif.

Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes.

* Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur, akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.

* Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.

Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain.

Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain.

Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk,kita akan menjadi curiga, "Barangkali ia sedang mencoba membujuk," atau
kita mengomel, "Ah, hadiahnya cuma barang murah." Yang rugi dari pola piker seperti itu adalah diri kita sendiri.Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi tidak bahagia.

Sebaliknya, kalau kita berpikir positif, kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, "Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita."

Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai.


* Kalau kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu dan suram. Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu akan tampak cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai.

Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik. Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain. Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan.

Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan. Keluarga menjadi hangat. Kawan menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah. Seperti Pygmalion, begitulah. Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.

Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran murni, maka kebahagiaan akan mengikutnya bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya.

<< Kembali

Kebiasaan buruk yang harus dihindari saat presentasi

Di bawah ini beberapa kebiasaan yang harus kita hindari saat memberikan presentasi.

1. Selalu melihat jam tangan pada saat presentasi

Memperhatikan waktu merupakan hal yang sangat penting pada saat presentasi, ini menyebabkan banyak sekali presenter keseringan melihat jam tangan pada saat presentasi. Kebiasaan ini jika terlalu sering akan mengakibatkan audiens malah terfokus pada waktu bukan pada informasi yang disampaikan presentator.

Ada baiknya anda menggunakan jam duduk yang anda letakan di tempat yang mudah terlihat bagi anda tetapi cukup tersembunyi buat audiens, atau jika memungkinkan minta tolonglah pada audiens yang ada didekat anda untuk memberitahukan waktu jika 10 menit lagi presentasi akan usai sehingga cukup waktu anda untuk closing.

2. Menggunakan filler words pada saat presentasi

Seringkali pada saat presentasi kita menggunakan kata ehmm, enggh, atau kata yang diulang seperti kamu tahu, dan, tetapi yang diulang berkali-kali. Kadangkala kita melakukan itu tanpa menyadarinya. Ada baiknya kita menggunakan tape recorder untuk merekam presentasi kita untuk mengetahui apa yang menjadi filler words kita pada saat presentasi.

3. Jauhkan tangan anda dari pakaian anda

Seringkali kita melihat banyak presentator memasukkan tangan kedalam saku, atau presentator wanita memegang blus mereka. Hal ini mengganggu audiens, selain itu akan membuat gesture tubuh anda menjadi terlihat kaku dan anda tidak dapat memanfaatkan body languange anda secara optimal.

4. Jauhkan pergerakan tubuh yang tidak perlu

Berdiri tegak secara nyaman kadangkala jauh lebih efektif dibandingkan bergerak ke kiri, kanan, kedepan dan balik ke belakang seperti tarian samba. Kecuali pergerakan ini berlangsung secara natural sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan.

5. Perhatikan ketika anda berjalan

Usahakan untuk tidak membelakangi audiens, atau bagi anda yang menggunakan slide projector atau infocus pastikan anda tidak berjalan atau berdiri pas didepan lampu proyektor.

Selamat berpresentasi

----------------------------------------------

Di ambil dari IBSC TV Presenter

<< Kembali

The 7 Habits of Highly Effective People

Stephen Covey dalam bukunya "The 7 Habits of Highly Effective People" menguraikan hal-hal sebagaimana tertulis di bawah ini.

* Yang membedakan orang-orang yang sangat efektif dengan orang kebanyakan yang tidak produktif adalah, bukan pada apa yang mereka miliki, tetapi pada kebiasaan-kebiasaannya.

* Watak seseorang terbentuk dari kebiasaan-kebiasaannya. Di alam bawah sadar,kebiasaan - kebiasaan itu membentuk dan mengubah watak seseorang. Dan ternyata kebiasaan-kebiasaan itu bisa diubah, asal kita mau, walaupun
membutuhkan waktu.

sow a thought, reap an act
sow an act, reap a habit
sow a habit, reap a
character
sow a character, reap a destiny

taburlah pemikiran, maka
Anda akan menuai tindakan
taburlah tindakan, maka Anda akan menuai kebiasaan
taburlah kebiasaan, maka Anda akan menuai watak
taburlah watak, maka
Anda akan menuai nasib Anda


* Kebiasaan itu sendiri terjadi karena adanya paradigma. Yang dimaksudkan dengan paradigma adalah sudut pandang atau kerangka yang terbentuk oleh pengalaman hidup, pendidikan maupun latar belakang kita.

* Paradigma inilah yang menentukan bagaimana kita memandang dan mengartikan dunia ini, dan dengan demikian menentukan bagaimana kita bereaksi dan bersikap terhadapnya. Sebagai contoh, mula-mula astronom Mesir, Ptolemy, mengatakan bahwa dunia adalah pusat dari jagat raya. Tetapi kemudian Copernicus menyebabkan perubahan paradigma, ketika dia membuktikan bahwa sebenarnya mataharilah yang merupakan pusat dari jagat raya.

* Pengertian akan konsep paradigma ini membuat orang belajar mengerti bagaimana orang lain memandang persoalan yang sama dengan kacamata yang berbeda. Pengertian tentang paradigma ini juga dapat menghindarkan orang dari sikap merasa dirinya sebagai korban lingkungan atau orang lain, sehingga seringkali melakukan "blaming to others" (menyalahkan orang lain), karena mengangap dunialah yang salah kalau sesuatu itu tidak sesuai dengan harapannya.

Selanjutnya Stephen Covey menjelaskan bahwa di dunia ini ada hukum alam untuk kematangan. Seorang bayi berkembang dari ketergantungan pada orangtuanya menjadi mandiri sebelum akhirnya mencapai kematangan pemahaman akan saling ketergantungan dengan orang lain di sekitarnya. Ekosistem alam tercermin dalam ketergantungan kolektif dari masing-masing warga masyarakat, satu terhadap yang lain.

* Ketergantungan seorang bayi paradigmanya adalah "Engkau" (engkau merawatku; kalau ada yang salah, itu salahmu), sedangkan pada kemandirian remaja, paradigmanya adalah "Aku" (ini pilihanku, aku akan mengerjakannya sendiri). Dan dalam tahap saling tergantung orang dewasa, paradigmanya adalah "Kita" (kita bisa bekerja sama, sebaiknya kita bersatu).

* Dalam proses kematangan seseorang dari tahap ketergantungan (dependent) menjadi kemandirian (independent) dan kemudian saling tergantung (interdependent); ada kebiasaan-kebiasaan yang perlu dikuasai supaya seseorang bisa menjadi sangat efektif.

* Stephen Covey menyatakan adanya tujuh kebiasaan yang perlu dimiliki. Tiga di antaranya berkaitan dengan penguasaan diri yaitu:
1.
Jadilah proaktif (Be Proactive).
2. Merujuk pada tujuan akhir (Begin with the End in Mind).
3. Dahulukan yang utama (Put First Thing First).

Kalau kita dapat menguasai ketiga kebiasaan ini maka kita akan mengalami apa yang disebut "kemenangan pribadi" (private victory), dan kita boleh dikatakan telah mencapai tahap kemandirian (independent).

* Setelah mandiri ini, kita dapat meraih "kemenangan publik" (public victory) dengan menguasai ketiga kebiasaan selanjutnya yaitu:
4. Berpikir menang-menang (Think Win-Win).
5. Berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti
(Seek first to Understand then to be Understood).
6. Wujudkan sinergi (Synergize).

* Proses ini tidak bisa dibalik, sebagaimana kita tidak mungkin panen sebelum menanam. Jadi prosesnya berlangsung dari dalam keluar (inside out), yaitu memulai dari diri sendiri baru dengan orang lain.

* Kebiasaan ke 7 yaitu "Asahlah gergaji" (sharpen the saw) adalah kebiasaan untuk melakukan pengembangan diri.

Kebiasaan 1 : Jadilah proaktif (Be Proactive).

* Bersikap proaktif tidak hanya berarti mengambil inisiatif tetapi juga
bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya.

* Seorang yang proaktif mempunyai kebebasan memilih sendiri keputusan-keputusannya dan bertanggung jawab akan akibat dari keputusannya itu. Sedangkan seorang yang reaktif (kebalikan dari proaktif) sikapnya berdasarkan kondisi atau sikap orang lain dan karena itu tidak merasa bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya sehingga selalu menyalahkan keadaan atau orang lain.

Di bawah ini adalah contoh-contoh pernyataan orang yang Reaktif dan Proaktif.

Pernyataan Reaktif:

Pernyataan Proaktif:

1. Saya tidak bisa berbuat apa-apa

1. Apa pilihan yang ada tentang itu ?.

2. Begitulah sifat saya.

2. Apa yang dapat saya perbaiki ?

3. Dia sih yang bikin aku marah.

3. Saya yang menguasai emosiku.

4. Saya tidak bisa.

4. Saya mau atau tidak mau.

5. Saya terpaksa.

5. Saya suka atau tidak suka.

6. Seandainya saja ...............

6. Saya hendak dan merencanakan

Kebiasaan 2 : Merujuk pada tujuan akhir (Begin with the End in Mind).

* Ini adalah kebiasaan kepemimpinan diri (personal leadership), yaitu memulai suatu kegiatan dengan suatu kejelasan tentang apa hasil yang ingin dicapai.

* Segala sesuatu diciptakan dua kali. Produk apa pun yang dihasilkan pada mulanya telah ada sebagai konsep, baru kemudian secara fisik. Misalnya: membangun rumah, selalu ada rancangannya terlebih dahulu.

* Kepemimpinan adalah "ciptaan pertama", yaitu "doing the right things". Manajemen adalah "ciptaan kedua", yaitu "doing things right".

Kebiasaan 3: Dahulukan yang utama (Put First Thing First).

* Ini adalah kebiasaan mengelola prioritas. Kita harus bisa membedakan apa yang penting (important) dan apa yang mendesak (urgent).

* Hal-hal yang mendesak selalu "menyerang" kita, dan biasanya kita bereaksi terhadapnya; waktu kita banyak yang habis untuk mengurusi hal-hal yang mendesak ini, dan seringkali melupakan hal-hal yang justru penting.

* Orang-orang yang sangat efektif pandai menggunakan waktunya untuk mengelola hal-hal yang penting, dan sikapnya yang proaktif akan mengurangi timbulnya hal-hal yang mendesak. Kalau ketiga kebiasaan ini bisa kita kuasai maka kita bisa dikatakan mandiri,dan kini siap memasuki kehidupan yang saling tergantung atau interdependent. Agar kita bisa sangat efektif dalam hidup yang saling tergantung, kita perlu memiliki kebiasaan-kebiasaan selanjutnya. Kalau kita dapat menguasai ketiga kebiasaan ini maka kita akan mengalami apa yang disebut "kemenangan pribadi" (private victory), dan kita boleh dikatakan telah mencapai tahap kemandirian (independent).

Kebiasaan 4 : Berpikir menang-menang (Think Win-Win).

* Menang-menang adalah suatu sikap mental untuk mencari keuntungan bersama.

* Pada dasarnya ada enam paradigma interaksi manusia; empat di antaranya adalah:

* Menang/Kalah. Semboyannya "Kalau Anda menang, saya pasti kalah; jadi saya harus menang, dan Andalah yang kalah" (contoh: kepemimpinan yang otoriter). Segala sesuatu menjadi persaingan dan setiap kemenangan harus menyebabkan kekalahan pihak lain.

* Kalah/Menang adalah mentalitas orang kalah yang selalu tunduk pada keinginan pihak lain. "Apa sajalah, asal tetap damai". Ini lebih buruk daripada sikap Menang/Kalah karena sama sekali tidak mempunyai pendirian atau keberanian untuk menyatakan keyakinannya. Yang ada hanya mengalah terus-menerus.

* Kalah/Kalah adalah hasil jika dua orang keras kepala, egois dan bersikap mau menang sendiri bertemu. Ini dapat berubah menjadi obsesi permusuhan yang dapat mendorong terjadinya peperangan. Orang dikuasai oleh dorongan untuk mengalahkan pihak lain, bahkan tanpa peduli akan kerugiannya sendiri.

* Menang/Menang adalah falsafah yang dianjurkan Stephen Covey bagi hubungan antara manusia. Yaitu, mencari terus menerus akan manfaat timbal balik dalam setiap interaksi. Dengan menganut paradigma ini, seseorang tidak akan bahagia kalau pihak lainnya tidak bahagia juga. Hidup ini dipandang sebagai kerjasama bukan sebagai permusuhan. Orang yang efektif berprinsip menang-menang dalam tindakannya dan kesepakatannya. Mentalitas menang-menang ini baru bisa dilakukan kalau kita punya "abundance mentality", yaitu pemikiran bahwa segala sesuatunya itu berkelebihan sehingga tidak perlu kita mematikan orang lain untuk mendapatkan keuntungan. Orang yang mempunyai sikap menang-kalah didasari oleh "scarcitymentality", seakan-akan segala sesuatunya itu terbatas sehingga harus diperebutkan, bilamana perlu dengan mengalahkan pihak lain.

Kebiasaan 5 : Berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti (Seek first to Understand then to be Understood).

Inilah kebiasaan berkomunikasi secara efektif. Para dokter menganalisa penyakit pasiennya sebelum memberi resep. Seorang top salesman akan mempelajari kebutuhan pelanggannya terlebih dahulu sebelum menawarkan produk atau jasanya.

* We see the world as we are, not as it is. Kita melihat dunia dari kacamata kita bukan sebagaimana adanya. Persepsi kita dibentuk oleh pengalaman-pengalaman kita, dan seringkali hal ini membatasi kita. Tantangan untuk memecahkan perbedaan pendapat adalah dengan mencoba mengerti sudut pandang atau paradigma orang lain terlebih dahulu.

* Kalau kita bisa mengerti secara penuh seseorang, maka ia akan menurunkan tembok pembatasnya.

* Memaksakan kehendak kita secara emosional tidak akan produktif malahan sebaliknya: counterproductive.

Kebiasaan 6 : Wujudkan sinergi (Synergize).

* Ini adalah kebiasaan untuk mewujudkan kerja sama dan mencari alternatif-alternatif baru yang jauh lebih besar.

* Sinergi berarti 1 + 1 2. Sinergi adalah hasil dari menciptakan suasana di mana orang - orang yang berbeda dapat saling memberi sumbangannya berdasarkan kekuatan masing-masing sehingga hasilnya akan lebih besar dibandingkan bila dikerjakan sendiri-sendiri.

* Sinergi adalah pendekatan yang paling efektif untuk memecahkan persoalan daripada sikap yang apatis (asal damai saja) ataupun konfrontasi (tidak mau kalah). Bila kita dapat menguasai kebiasaan nomor 4, 5 dan 6 maka dapat meraih "kemenangan publik" (public victory).

Kebiasaan 7 : Asahlah gergaji (Sharpen the Saw).

* Ini adalah kebiasaan untuk perbaikan diri. Istilah ini berasal dari kisah dua orang tukang kayu. Yang satu terus menggergaji dan merasa terlalu sibuk untuk berhenti sebentar. Yang lain berhenti sesekali untuk mengasah gergajinya. Justru yang kedua ini hasilnya lebih banyak dan lebih baik.

* Seorang yang efektif akan melakukan kebiasaan-kebiasaan untuk mengembangkan pertumbuhan pengetahuan, mental, spiritual maupun ketahanan fisiknya,karena menyadari bahwa dengan pengembangan diri itu dia bisa lebih produktif dan efektif dan tidak "habis-habisan".

Kebiasaan ini untuk melakukan pengembangan diri

<< Kembali


Kisah Columbus dan Telur

Ini sebuah cerita kecil di balik kesuksesan Columbus yang menemukan Benua Amerika. Setelah penemuan yang fenomenal itu, Columbus menjadi sangat terkenal dan diagung-agungkan oleh Raja dan seluruh rakyat. Columbus pun diangkat menjadi bangsawan kehormatan kerajaan. Kepopuleran Columbus itu membuat beberapa orang menjadi iri kepadanya.

Pada suatu hari, Columbus mengadakan perjamuan makan. Dalam perjamuan makan itu. Dia menceritakan semua kisah yang dihadapi dalam pencarian Benua baru tersebut. Semua tamu undangan terpukau dan mengakui kehebatan Sang Penemu Benua Baru tersebut, namun beberapa orang yang iri dengan sinis berkata,"Apa hebatnya dia ?? Dia cuma berlayar dan kebetulan saja menemukan benua baru. Siapa saja juga bisa melakukan itu". Mendengar hal tersebut, Columbus kemudian menantang para orang yang iri tersebut. "Marilah kita bertanding untuk membuktikan siapa yang lebih baik. Barangsiapa yang bisa membuat telur-telur rebus itu berdiri di atas meja makan ini, maka ialah orang yang terbaik dan semua gelar-kekayaanku akan kuserahkan padanya"
Orang-orang yang iri tersebut menerima tantangan Columbus.

Kemudian mereka mulai berusaha untuk membuat telur-telur rebus itu berdiri di atas meja makan. Namun karena telur adalah benda yang ellips/hampir bundar, maka cukup mustahil untuk bisa berdiri di atas meja. Setiap dicoba didirikan, telur-telur itu langsung saja menggelinding jatuh. Akhirnya mereka pun menyerah.

Kini tiba giliran Columbus. Columbus memegang telur rebus itu di atas meja dengan posisi berdiri sambil dipegangi, kemudian dengan tangan yang satunya Columbus menekan ujung atas telur rebus itu ke meja sehingga ujung bawah telur menjadi remuk dan memipih (tidak lonjong lagi) sehingga telur tersebut bisa berdiri tegak di atas meja. Melihat hal tersebut, orang-orang yang iri dengan sinis berkata "Ah... kalo caranya seperti itu, kami juga bisa membuat telur rebus itu berdiri" Dengan bijak dan sambil tersenyum, Columbus berkata "KALO BEGITU, MENGAPA TIDAK KAMU MELAKUKANNYA ?"

Cerita di atas hendak memberitahukan kita bahwa "Kesuksesan dan keberhasilan berasal dari suatu tindakan nyata dari gagasan"

Columbus dan beberapa orang pada masa itu mempunyai gagasan atau teori tentang bumi yang bulat. Teori tersebut merupakan teori yang jelas-jelas bertentangan dengan kepercayaan dunia pada waktu itu yang mempercayai bahwa buki itu datar seperti piring. Ketika Columbus mengutarakan niatnya untuk melakukan ekspedisi lautnya, banyak orang, termasuk keluarganya, yang menganggapnya gila. Namun Columbus tetap teguh dan gigih pada pendiriannya. Perjuangan Columbus tidaklah ringan untuk membuktikan bahwa bumi itu bulat. Ancaman hukuman mati atas pengingkaran hukum Tuhan sampai pemberontakan anakbuah kapalnya, ia hadapi dengan tegar sehingga pada akhirnya Sejarah mencatatnya sebagai salah satu penemu benua dan pelaut andal.

Seringkali kita menemukan orang atau bahkan diri kita juga mengalaminya yaitu kita mempunyai gagasan / ide / konsep namun terlalu takut untuk mewujudkannya dalam sebuah aksi nyata, dan akhirnya ide itu hanya menjadi semu. Ketakutan atas kegagalan, penilaian miring orang lain, penderitaan dan sebagainya membuat kita terhalang untuk menemukan kesuksesan. Ketakutan ini pula yang membuat kita terkadang merasa iri akan keberhasilan orang lain. Kita sering berkata miring atas keberhasilan orang lain"Ah...dia sih cuma beruntung aja,...Aku pun bisa melakukannya"

Jadi apa yang anda pilih ? Gagal karena terlalu takut untuk gagal? atau berhasil karena tidak takut gagal?

Hanya anda yang bisa memilih.
-------------------------------------------------------
diambil dari http://indonesia.heartnsouls.com


<< Kembali